PARADIGMA, PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN
1 Paradigma Penelitian
Istilah paradikma pertama kali digunakan oleh Thomas S. Khun
tahun 1970 dalam bukunya “The Sructure of
scientifik Revolusions”.Secara
etomologi. Paradikma berasal dari bahasa yunani
paradeigma yang berarti pola. Paradigma adalah suatu cara pandang, cara
memahami, cara menginterpretasi, suatu kerangka pikir, set dasar keyakinan yang
memberikan arah pada tindakan. Dalam dunia ilmu pengetahuan, dikenal dua
paradigma besar, yaitu: (1) paradigm positivistic, dan (2) paradigma
interpretif
Paradigma postiivitik
adalah suatu paradigma yang menganganggap bahwa ilmu didasarkan pada
hukum-hukum dan prosedur-prosedur yang baku; ilmu dianggap bersifat duduktif,
berjalan dari hal yang umum dan abstrak menuju yang konkrit dan spesifik; ilmu
dianggap bersifat nometetik, yaitu didasarkan pada hukum kausal yang universal
dan melibatkan sejumlah variabel.
Paradigma positivistik pada gilirannya melahirkan pendekatan kuantitatif.
Paradigma
interpretif adalah suatu paradigma yang menganggap bahwa ilmu bukan didasrakan
pada hukum dan prosedur baku, setiap gejala/peristiwa bisa jadi memiliki makna
yang berbeda; ilmu dianggap bersifat induktif, berjalan dari yang spesifik dan konkrit menuju yang
umum dan abstrak. Ilmu idiografis, artinya ilmu mengungkap realitas melalui
simbol-simbol dalam bentuk deskriptif.
Dengan memahami
paradigma ilmu, kita akan melihat bahwa setiap pendekatan baik kuantitatif maupun kualitatif memiliki
cara berfikir sendiri dan dengan caranya masing-masing tersebut memberikan manfaat bagi pembangunan ilmu pengetahuan.
Setiap pendekatan memiliki kelebiahan dan sekaligus pada saat yang sama
jugamemiliki keterbatasan. Menerapkan begitu saja tanpa melihat kesesuainya dengan masalah
penelitian, tentu bukanlah tindakan yang cerdas.
2.Pendeaktan
Penelitian
Seecara garis besar dua pendekatan dalam penelitian, yaitu
pendekatan kuntitatif dan kualitatif. Sebagaimana dikemukakan di atas., kedua
pendekatan ini lahir dari paradigma yang berbeda.
2.2.1 Pendekatan Kuntitatif
Harus di akui bahwa pendekatan kuantitatif memang memberikan
warna terbesar dalam perkembangan ilmu Keolahragaan. Lihatlah bagaimana seorang
peneliti mengkaji denyut nadi maksimal untuk kemudian menenntukan dosis
latiahan, meneliti kandungan asam laktat, mengukur kecepatan dan kekutan otot;
semua itu adalah contoh-contoh penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Bahkan
peneliti pertama dalam bidang olahraga
yang dilakukan oleh Dr.Hitchcock dari Harvard medical school tahun 1861 juga
dilakukan dengan pendekatan kuantitatif, yaitu mengukur kekuatan otot tangan
dengan menggunakan chin ups.
Pendekatan kuantitatif dalam penelitian antara lain
dicirikan oleh pengujian hipotesis dan digunakanya instrument-instrument tes
yang standar. Secara garis besar penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif ada dua macam, yaitu:
(1) penelitian eksperimen, dan (2) penelitian non ekperiment.
a. Penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang dilakukan
secara ketat untuk mengetahui hubungan sebab akibat di
antara-variabel-variabel. Salah satu ciri pokok dari penelitian eksperimen adalah
adanya perlakuan (treatment) yang
diberikan kepada subjek penelitian. Perlakuan bisa berupa memberikan beban
latihan tertentu, memberikan makanan suplement, mengajar dengan metode
tertentu, dan sebagainya sesuai dengan tujuan
penelitian. Sebagai contoh, jika seorang peneliti ingin meneliti tentang pengaruh latihan beban
terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai; maka dengan caran tertentu peneliti menentukan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberikan latiahan beban
(misalnya: circuit training)
sementara kelompok kontrol tidak. Dalam penelitian di atas, latihan beban
berupa circuit trainingdisebut
sebagai perlakuan.
b. Penelitian non eksperimen adalah suatu peneitian
dimanapeneliti sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk memberikan perlakuan
atau melakukan manipulasi terhadap variabel yang mungkin berperan dalam
munculnya suatu gejala, karena gejala yang diamati telah terjadi
(ek-post-facto). Sebagai contoh, seorang peneliti ingin meneliti bagaimanakah dampak
kebiasaan merokok terhadap keluhan kesehatan. Dalam kaitan ini, peneliti tidak
memberikan perlakuan misalnya dengan memmberikan sejumlah rokok kepada sejumlah
orang dalam kurun waktu tertentu, melainkan mencari orang-orang yang memang
sudah memiliki kebiasaan merokok untuk kemudian diukur kondisi kesehatannya.
2.2. Pendekatan Kuantitatif
Sesungguhnya tidak semua kejadian dan fenomena dalam
olahraga bersifat kuantitatif dan oleh karenanya harus diselesaikan dengan
pendekatan kuantitatif.Banyak masalah yang justru lebih efektif bila
diselesaikan dengan pendekatan kualitatif Apalagi, objek amatan ilmu
keolahragaan pada hakikatnya adalah perilaku gerak manusia dimana dalam
perwujudannya terjadi interelasi antara faktor-faktor yang kasat mata
(observable) dan tidak kasat mata
(unobservable) seperti dimensi kejiwaan.
Pendekatan kuantitatif adalah sebuah pendekatan penelitian
yang berusaha mendeskripsikan dan memahami suatu fenomena secara mendalam dengan peneliti sebagai instrument utama. Jika dalam
penelitian kuantitatif peneliti lebih tertarik pada hal-hal yang bersifat umum seperti bagaimana
rata-rata prestasi belajar mahasiswa FOK, maka dalam penelitian kualitatif, peneliti lebih
tertarik pada hal-hal yang lebih
spesifik seperti mengapa si A berprestasi rendah atau bagaimana si B dapat berprestasi
tinggi. Fenomena itulah yang kemudian
dikaji lebih dalam oleh peneliti hingga
ditemukan jawaban dari persoalan tersebut.
Pendekatan kualitatif memusatkan perhatiannya pada
prinsip-prinsip umum atau pola-pola yang mendasari perwujudan satuan-satuan
masalah yang ada dalam kehidupan manusia. Dalam melakukan penelitian, peneliti
tidak menggunakan suatu instrument seperti tes interprestasi atau menggunakn angket agar diisioleh subjek,
melainka sebagai peneliti ia melakukan pengamatan dan wawancara kepada subjek.
Itulah mengapa dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrument
utama.
2.3 Perbedaan Pendekatan
Kuantitatif dan Kualitatif
Sunggu pun pendekatan kuantitatif dekat dengan asumsi-asumsi
positivistik, tidak berarti pendekatan kuantitatif identik degan positivistic.
Demikian juga dengan penelitian kualitatif tidak selalu identik dengan cara
berfikir interpretif/fenomenologis. Beberapa penelitian menerapkan metode
kualitatif dalam mengambil data, tetapi menggunakan perinsip berfikir
positivistik dalam mengambil kesimpulan. Misalnya ketika peneliti menggunakan
cara kaku kerangka teori dan memasukkan semua data kedalam kerangka tersebut.
Sementara itu ada juga penelitian kuantitatif yang didasarkan pada cara
berfikir interpretif. Misalnya metode kuantitaif tidak digunakan untuk menguji
hipotesis, mencari hukum atau meramalkan,
tetapi untuk memahami konteks kelompok-kelompok yang berbeda.
Lalu, apa perbedaan antara pendekatan kualitatif
dan kuantitatif? Secara umum, perbedaannya dapat diuraikan sebagai tampak pada tabel
Perbedaan Pendekatan Kualitatif Dan Kuantitatif
Pendekatan Kualitatif
|
Pendekatan Kuantitatif
|
1. Mendasarkan diri pada kekuatan narasi.
2. Studi dalam situasi alamiah
3. Kontak langsung dilapangan
4. Cara berpikir induktif
5. Perspektif holistik
6. Perpektif berkembang, dinamis
7. Orientasi kasus unik
8. Ada fleksibel desain
9. Bersifat sirkuler
10. Peneliti instrumen kunci
|
1. Mendasarkan diri pada angka.
2. Mengambil jarak dari situasi alamiah
3. Menjaga jarak dari yang diteliti
4. Prespektif reduktif
5. Menetapkan keajengan, statis, mekanistik
6. Orientasi universalitas, generalisasi jumlah
7. Desain tegas di tentukan dari awal
8. Bersifat linier
9. Peneliti menjadi salah satu aspek dari banyak aspek yang lain.
|
Melihat perbedaan tersebut,
adakah kemungkinan menggabungkan kedua pendekatan tersebut dalam penelitian?
Terkait dengan hal ini, Creswell (2003) mengusulkan tiga metode, yaitu:
a. Model dua tahap. Pada model ini, peneliti melaksanakan kedua
metode secara terpisah, tetapi dalam satu rangkaian penelitian. Kelebihan model
ini adalah bahwa kedua pendekatan dapat dipisahkan secara jelas.
b. Model dominan-kurang dominan. Pada model ini, peneliti
menggunakan dua model, tetapi metode yang satu lebih dominan dibanding metode
yang lain. Misalnya, seorang peneliti melakukan penelitiannya dengan metode
kuantitatif, mulai deri awal sampai dengan akhir. Selanjutnya ia menggunakan
wawancara untuk melengkapi datanya. Dalam contoh tersebut, metode kuantitatif
dominan, sementara metode kualitatif kurang dominan.
c. Model campuran. Dalam model ini, peneliti menggunakan kedua
metode secara terintegrasi. Menurut Creswell, desain inilah yang paling
krusial. Dalam arti, jika tidak dilakukan secara cermat, justru lebih banyak
menimbulkan kebingungan bagi mereka yang membaca penelitiannya.
2.1 Jenis-jenis
Penelitian dalam Olahraga
Ada banyak masalah dalam
pendidikan jasmani dan olahraga, dan mungkin sekali setiap jenis masalah
memerlukan cara pemecahan yang berbeda. Secara umum, penelitian dalam olahraga
dapat dikelompokkan dalam 3 kategori besar, yaitu: kuantitatif, kualitatif, dan
kombinasi antara kuantitatif dan kaulitatif (lihat tabel 2.2).
Tabel
2.2: Kategori Dan Jenis Penelitian Dalam Olahraga
Kategori
|
Jenis
Penelitian
|
Kuantitatif
Eksperimen
Non Eksperimen (Ex Post
Facto)
Kualitatif
Kuantitatif
dan Kualitatif
|
Eksperimen Murni
Eksperimen Semu
Kaji Tindak
Deskriptif
Survei
Korelasional
Studi Komparatif
Interpretif
Etnografi
Model Dua Tahap
Model Dominan-Kurang Dominan
Model Campuran
|
Berdasarkan tabel di atas
dapat diuraikan jenis-jenis penelitian yang lajim digunakan dalam konteks
Pendidikan Jasmani dan Olahraga.
2.1.1
Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimen
adalah penelitian yang dilakukan secara ketet untuk mengetahui hubungan sebab
akibat diantara variabel-variabel.Salah satu ciri utama dari penelitian
eksperimen adalah adanya perlakuan (treatment)
yang dikenakan kepada subjek atau objek penelitian.Dalam penelitian eksperimen,
seorang peneliti sejauh mungkin harus dapat memastikan bahwa variasi atau
perubahan yang terjadi pada variabel terikat benar-benar disebabkan oleh adanya
manipulasi pada variabel bebas.Hal inilah yang kemudian disebut validitas
internal.Dalam kaitan ini, mekanisme kontrol menjadi sesuatu yang sangat
penting.
Untuk mendapatkan validitas
internal memang tidak mudah.Ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
1. Kesamaan melakukan (equalization
of treatment). Artinya, subjek harus mendapat perlakuan yang sama dan
sejauh mungkin dihindari subjek melakukan sesuatu yang mengganggu kesamaan
perlakuan.
2. Learning. Besar kemungkinan, karena lokasi kelompok yang berdekatan,
kelompok kontrol belajar dari kelompok yang menndapatkan perlakuan. Jika ini
terjadi, jelas akan mempengaruhi hasil eksperimen.
3. History. Eksperimen biasanya dilakukan dalam jangka waktu tertentu,
dan terkadang cukup panjang. Selama eksperimen dilakukan ada kemungkinan
terjadi hal atau peristiwa yang mempengaruhi proses dan hasil eksperimen.
4. Maturation. Seiring perjalanan waktu, pada diri subjek terjadi proses
perkembangan dan kematangan yang mempengaruhi proses dan hasil eksperimen.
5. Pretesting. Berdasarkan pre-tes
yang dilakukan, subjek memiliki kesiapan yang lebih tinggi dalam melakukan post-test.
Selain validitas internal sebagaimana dikemukakan di atas,
perlu juga diperhatikan validitas eksternal, yaitu sejauhmana kesimpulan
penelitian dapat digeneralisasikan pada kelompok atau situasi yang lain.
Pemilahan sampel secara random merupakan cara tepat untuk menghasilkan
validitas eksternal. Demikian juga prinsip representativeness,
yaitu keterwakilan subjek dalam kelompok.
Penelitian eksperimen dicirikan dengan 4 hal, yaitu adanya
perlakuan, kelompok kontrol, randomisasi, dan ukuran berhasilnya. Apabila suatu
peneliti eksperimen memenuhi ke-empat hal di atas, maka dapat dikatakan
eksperimen murni (true experiment).
Sebaliknya, jika suatu penelitian eksperimen tidak dapat memenuhi keempat hal
tersebut – terutama dalam hal rendomisasi dan kelompok kontrol – maka disebut
eeksperimen semu (quasi-eksperimen) atau
bisa juga berbentuk praeksperimen (preeksperiment).
Dengan demikian ada tiga bentuk eksperimen, yakni
praekperimen, eksperimen semu, dan eksperimen murni. Perbedaan ketiga bentuk
eksperimen tersebut terkait dengan sejauh mana
varibel yang diduga mempengaruhi
hasil eksperimen dapat dikontrol.
2.1.2
Penelitian Kaji Tindak (action
Research)
Penelitian kaji tindak,
yang pada tataran tertentu juga sering disebut
penelitian tindakan kelas (PTK), adalah proses penelitian bersiklus yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas
pembelajaran di kelas secara
berkelanjutan.
Ciri umum PTK adalah
memperbaiki praktek PBM dari dalam seara berkelanjutan. Artinya guru sendiri yang melakukan
penelitian melalui PBM-nya (involvement
& improfement). Dimulai dari masalah yang dihadapi guru dalam proses
pembelajaran di kelas. Dari masalah tersebut selanjutnya direncanakan
alternative tindakan untuk memperbaiki keadaan. Rencana tersebut kemudian diuicobakan dan dievaluasi evektifitasnya
dalam mengatasi masalah yang dihadapi.
Dari hasil yang didapati kemudian ditindaklanjuti untuk mendapatkan
hasil yang lebih optimal dan memuaskan (lihat gambar 2.2)
Gambar
2.2 Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Jika dirasa apa yang dilakukan sudah menyelesaikan
masalah, maka siklus bisa dihentikan. Namun biasanya peneliti tindakan kelas
tidak berhenti pada satu siklus.Ini mengingat, manfaat perubahan tidak dapat
terjadi secara tiba-tiba, perlu ada tindak lanjut (continous improfement).
2.1.3
Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif
adalah penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan gejala, fenomena atau peristiwa tertentu. Pengumpulan data
dilakukan untuk mendapatkan informasi terkait dengan fenomena, kondisi atau
veriabel tertentu dan tidak dimaksudkan untuk melakukan pengujian
hipotesis.Bentuk sederhana dalam penelitian deskriptif adalah penelitian dengan
satu variabel. Demikian juga dengan bentuk analisisnya biasanya menggunakan
statistikdeskriptif seperti mean,
median, persentase, rasio, dan
sebagainya.
Sebagai contoh, kita ingin
mengetahui tingkat prestasi masyarakat dalam melakukan kegiatan olahraga.
Kemudian kita melakukan pengumpulan data – dengan instrument tertentu – kepada
sejumlah responden dalam suatu wilayah
tertentu. Dari proses tersebut kita akan mendapatkan data mengenai berapa
persen masyarakat yang melakukan
kegiatan olehraga; bagaiman komposisinya antara laki-laki dan perempuan;
antara anak, remaja, dan dewasa.
Secara umum,
langkah-langkah penelitian deskriptif adalah sebagai berikut.
a. Menentukan masalah
b. Mengidentifikasi informasi yang diperukan untuk memecahkan
masalah
c. Memilih atau menyusun instrument pengumpulan data
d. Menentukan sampel
e. Mengumpulkan data
f.
Menganalisis
data
g. Menyusun laporan penelitian
2.1.4
Penelitian Survei
Penelitian survei adalah
penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data pokok. Kuesioner berisi sejumlah pertanyaan yang harus dijawab
oleh reponden. Peneliti survei mendasarkan diri pada logika deduktif, yaitu dimulai dengan menggunakan
sebuah teori sebagai dasar dan diakhiri
dengan analisis data hasil pengukuran. Tehnik pengumpulan datanya bisa dilakukan dengan bermacam-macam cara. Misalnya dengn
mengirimkan atau memberikan kuesioner kepada responden, menanyakan
langsung (interview) dengan responden, atau bisa juga dengan menggunakan
telepon.
Ada empat ciri utama
penelitian surveyi, yakni (1) menggunakan kuesioner sebagai interumen utama,
(2) subjek penelitian dalm jumlah besar, (3) tidak memberikan perlakuan dan (4)
menggunakan logika deduktif sebagai kerangka berfikir. Secara umum,
langkah-langkah penelitian survey adalah
sebagai berikut.
a. Menentukan tujuan
b. Menetukan sampel/responden
c. Menyusun kuesioner
sebagai alat pengumpul data
d. Ujicoba kuesioner
untuk menentukan validitas dan reabilitasnya
e. Memberikan kuesiner kepada responden
f.
Menganalisis
data hasil survey
g. Melaporkan hasil
2.1.5
Penelitian Korelasional
Penelitian
korelasional adalah penhelitian yang menghubungkan
satu atau lebih variabel bebas dengan satu variabel terikat tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut. Bentuk sederhana dari
penelitian korelasi adalah hubungan antara dua variabel.Misalnya hubungan
antara intelejensi dengan prestasi belajar, hubungan antara kecepatan dengan
kemampuan lompat jauh, hubungan antara motivasi dengan prestasi atlit, dan
sebagainya.Bentuk lebih komplek dari penelitian korelasional adalah korelasi
ganda, regresi ganda, analisis jalur, dan analisis faktor.
Penelitian
korelasional mendasarkan diri pada logika deduktif, yaitu dimulai dengan
menggunakan sebuah teori sebagai dasar dan diakhiri dengan analisis data hasil
pengukuran. Teknik pengumpulan datanya bisa dilakukan dengan berbagai cara
misalnya dengan tes.
Adapun langkah-langkah dalam penelitian korelasional
sebagai berikut.
a. Menentukan masalah
b. Menentukan sampel
c. Menyusun atau memilih
unstrumen pengumpulan data
d. Mengumpulkan data
e. Analisis dan interpretasi data
f.
Menyusun
laporan
2.1.6
Penelitian Perbandingan
Penelitian perbandingan
adalah penelitian yang membandingkan saru kelompok sampel dengan kelompok
sampel lainya berdasarkan veriabel atau ukuran-ukuran tertentu. Misalnya, kita
ingin membandigkan antara pemain sepak
bola Indonesian dengan pemain italia berdasarkan ukuran tinggi badan vo2max.
Kita ingin membandingkan kualitas kesehatan antara orang yang biasa berolahraga
secara teratur dan orang yang tidak biasa
berolahraga.
2.1.7
Penelitian Evaluatif
Penelitian evaluatif adalah
suatu penelitian yang menggunakan
prosedur evaluasi untuk memngumpulkan dan menganalisis data. Prosedur
evaluasi memiliki dua kegiatan yang pokok, yakni pengukuran dan hasil
pengukuran dengan standar tertentu.Berdasrkan hasil perbandingan tersebut dapat
disimpulkan apakah suatu program layak atau tidak, efektif atau tidak.
Penelitian evaluasi
bertujuan untuk merancang, menyempurnakan, dan menguji pelaksanaan program
pendidikan jasmani dan olahraga.Misalnya terkait dengan pelaksanaan kebijakan,
kurikulum, program latihan, pembelajaran, penerapan aturan tertentu, dan
sebagainya. Evaluasi bisa dilakukan sesuai
dengan tingkat pelaksanaanya, seperti lingkup kelas, sekolah,
kecamatan,kabupaten, sampai tingkat nasional; dan menyangkut suatu aspek, beberapa aspek atau keseluruhan aspeek
dari program tersebut. Salah satu
model penelitian evaluasi yang lazim
digunakan adalah model CIPP ( contex, input, processs, dan product).
Seperti yang kita ketahui
program adlah suatu yang dimnamis, berubah, dan berkembang sesuai dengan
tuntutan dari masyarakat.Untuk mengetahui perubahan dan perkembangan yang
terjadi, dibutuhkan penelitian evaluasi.Kelayakan suatu program perlu diuji,
apakah masih bisa dilanjutkan, diubah, atau diganti. Melanjutkan program yang
tidak layak hanya akan membuang biaya, waktu, dan tenaga.
Adapun langkah-langkah
dalam penelitian evaluasi dapat dipaparkan sebagai berikut.
a. Penegasan mengapa penelitian evaluasi dilakukan
b.
Memilih
model evaluasi yang sesuai
c.
Mengidentifikasi
pihak-pihak yang terkait dengan
penelitian
d.
Penentuan
aspek yang akan dievaluasi
e.
Menyusun
instrument evaluasi
f.
Pengumpulan
dan analisis data
g.
Pelaporan
hasil evaluasi
2.1.8
Penelitian pengembangan
Penelitian pengembangan
adalah suatu penelitaian yang bertujuan untuk mengembangkan suatau produk baru
atau menyempurnakan produk yang suda ada. Istilah produk bisa berarti perangkat
keras (hardware) seperti alat
pelontar bola, modul, instrument, alat bantu pembelajaran, model bimbingan, dan
sebagainya.
Penelitian pengembangan
umumnya bersifat siklus, yang diawali dengan adanya kebutuhan, kebutuhan
tersebut dapat diselesaikan dengan pengembangan produk, dan untuk menghasilka
produk yang terpercaya perlu dilakukan pengujian beberapa kali.
Adapun langkah-langkah
penelitian pengembangan dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Analisis kebutuhan
b. Menysun rencana penelitian
c. Membangun produk awal
d. Ujicoba lapangan awal (preliminary
field testing)
e. Merevisi hasil ujicoba
f.
Ujicoba
lapangan (main field testing)
g. Penyempurna hasil ujicoba
h. Uji pelaksana lapangan (operational
field testing)
i.
Penyempurnaan
produk akhir
j.
Melaporkan
hasil
2.1.9
Penelitian kualitatif
Penelitian kualitatif
adalah sebuah penelitian yang dilakukan untuk memahami suatu fenomena secara
mendalam dengan peneliti sebagai instrument utama.
Prosedur penentuan subjek
penelitian kualitatif relative berbeda dengan penelitian kuantitatif. Dalam
penelitian kualitatif, mungkin saja subjek
peneitian hanya satu (n = 1) yang dipilih secara purposif. Tetapi subjek
yang satu tersebut dipahami secara mendalam hingga ditemukan pola-pola atau
hukum-hukum yang relative konsisten.Pensgaard dan Duda (2002) dari universitas
Birmingham melakukan penelitian terhadap satu orang atlet wanita peraih medali
emas olimpiade di Sydney. Dari atlet tersebut, Pensgard dan Duda
mendeskripsikan perilaku si atlet milai dari ia menjalani latihan, kesiapan
pertandingan, saat pertandingan, dan pasca pertandingan. Dari sini peneliti
sampai pada kesimpulan yang kemudian ditulisnya sebagai sebuah judul jurnal: “if we work hard, we can do it”A. Tale Form
An Olympic Gold Medalist.
Pengambilan subjek ekstrim
atau menyimpang: prosedur ini memfokuskan pada kasus-kasus yang kaya dengan
informasi justru karena mereka berbeda atau menampilkan karakteristik khusus
dalam aspek-aspek tertentu. Dalam penelitian kuantitatif, adakalanya kasus yang
bersifat ekstrim terpaksa harus dikeluarkan dari proses pengolahan data karena
dikhawatirkan akan “mengganggu” normalitas data. Akan tetapi, bagi peneliti
kualitatif kasus seperti itu justri menjadi suatu yang menarik untuk di teliti. Selain itu, dalam penelitian
kualitatif juga dikenal pengambilan sampel bola salju (snow ball sampling), yakni pengambilan sampel dilakukan secara
berantai dengan meminta informasi pada orang yang telah diwawancarai atau
dihubungi sebelumnya.
Metode pengumpulan data
dalam penelitian kualitatif ada dua kelompok, yaitu pengamatan dan
wawancara.Pengamatan adalah memperhatikan objek secara akurat, mencatat
fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan antara hubungan antara aspek dalam
fenomena tersebut. Pengamatan hanya akan menghasilkan data yang kredibel
apabila yang dilakukan oleh pengamat yang terlatih, tidak dipengaruhi oleh
interes, biasa, dan latar belakang tertentu.
Pengamatan terdiri dari
pengamatan biasa, pengamatan terkendali, dan pengamatan terlibat.
a. Pengamatan biasa mengharuskan peneliti sebagai pengamat
murni, dalam arti peneliti tidak bole terlibat dalam hubungan emosional dengang
sasaran yang diamati.
b. Pengamatan terkendali pada dasarnya sama dengan pengamatan
biasa, yakni peneliti tidak terlibat dalam emosional: hanya saja dalam
pengamatan terkendali peneliti melakukan interfensi terhadap pelaku dan seting
pengamatan.
c. Pengamatan terlibat memerlukan kehadiran peneliti secara
penuh dan karena itupula hubungan sosial dan emosional perlu dijalin antara
peneliti dan pelaku yang diteliti.
Wawancara adalah percakapan
atau Tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.Metode ini
dipilih apabila peneliti ingin memperoleh informasi kepada individu berkenaan
dengan topikyang diteliti, dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu
terssebut, wawancara terdiri dari wawancara bebas, wawancara dengan pedoman
umum, dan wawancara dengan pedoman terstandar.
a. Wawancara bebas (tidak teerstruktur), proses wawancara
didasarkan sepenuhnya pada berkembangnya pertanyaan secara spontan dalam
interaksi alamiah.
b. Wawancara dengan
pedoman umum (semi terstruktur), peneliti dilengkapi dengan pedoman wawancara
secara garis besar terkait dengan subtansi yang akan ditanyakan, tanpa
menentukan pertanyaaneksplisit. Wawancara jenis ini dapat berbentuk wawancara
mendalam dan wawancara terfokus.
c. Wawancara dengan pedoman terstandar (terstruktur), pedoman
wawancara ditulis secara terinrinci
lengkap dengan rangkaian pertanyaan.
Jenis penelitian ini secara singkat juga telah diuraikan
didepan. Yang ingin ddikemukakan pada bagian ini adalah bagaimana proses
analisis data dilakukan.
a. Data hasil wawancara atau observasi ditraskip dalam bentuk
yang mudah duibaca.
b. Transkip yang talah ditentukan ukurasinya dibaca dengan
cermat dan berulang-ulang untuk memahami konssep atau tema yang menjadi focus
penelitian.
c. Mengidentifikasi mana dari serankainan peristiwa hasil
wawancara atau observasi yang merupakan perwujudan dari konsep atau tema
tersebut.
d. Menemukan kata kunci dari peristiwa-peristiwa yang
teridentifikasi
e. Melakukan interpretasi kata kunci berdasarkan rujukan yang
relevan
f.
Setelah
melakukan serangkaian proses di atas untuk tiap-tiap traanskrip, kemudian
disusun tema-tema dan kategori-kategori sehingga menampilkan pola-pola antar
kategori tersebut.
Untuk memberikan ilustrasi bagaiman proses analisis dan
interpretasi data dilakukan akan diberika contohyang diambil dari trnskrip
hasil wawancara dengan salah seorang atlet bulutangkis. Penelitian bertujuan
untuk mengungkap kualitas pribadi atlet yang berprestasi tinggi.
Melaluai
proses analisis data – kata kunci – interpretasi sebagaimana terlihat pada
skema di atas, pada akhirnya dapat di identifikasi ciri kepribadian atlet, yang
dalam contoh di atas adalah “gigih”. Gigih adalah kesanggupan untuk melakukan
usaha secara konsisten dan terus menerus.Atlet dengan ciri kepribadian ini
cepat putus asa dalammelakukan usaha dan memiliki daya tahan atas
ketidaknyamanan.
Referensi
Ali
Maksum. Metode Penelitian Dalam Olahraga. Surabaya. FIK- Unesa
Sugoyono.
2009. Metode Penelitian Administrasi. Cetakan 9. Bandung. Alfa Beta.
Suharsimi
Arikunto. 2003. Manajemen Penelitian.
Jakarta. PT Asdy Mahasatya
Suharsimi
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Edisi Revisi VI. Jakarta. PT Asdy Mahasatya
0 komentar:
Posting Komentar