HAKIKAT PENGETAHUAN DAN BERPIKIR ILMIAH
Beragam pengetahuan dan informasi ada di sekitar kita, mulai dari yang
sederhana dimana sebagian besar masyarakat telah mengetahuinya seperti
air bila dipanaskan (direbus) akan mendidih, olahraga menyehatkan badan,
sampai yang terkesan sophisticated di mana tidak banyak orang yang
memahaminya seperti bagaimana melihat dan berkenaan dengan makhluk
halus.
Sejarah umum, penegtahuan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
pengetahuan ilmiah dan non-ilmiah. Pengetahuan ilmiah bersifat rasional,
sistematis, dan objektif; sebaliknya pengetahuan non-ilmiah tidak
sistematis dan bersifat subjektif yang serat dengan mitos dan muatan
emosional. Mitos merupakan pengetahuan khayalan atau rekaan yang tidak
memiliki kenyataaan objektif bagi dunia berpikir, mitos tidak rasional
dan bagi pengambilan keputusan itu membahayakan.
Marilah pembicaraan kita mulai dengan mencermati ciri-ciri pengetahuan
non-ilmiah.
- Pengetahuan non-ilmiah cenderung didasarkan pada tradisi dan meniru dari masa silam. Misalnya, ketika ingin menikahkan anaknya, orang tua mencari kesesuaian weton dengan calon pasangannya.
- Pengetahuan non-ilmiah biasanya samar-samar dan seringkali merupakan campuran antara fakta dan prasangka serta cenderung emosional. Misalnya ada pernyataan: “orang,suku ... itu pelit dan terlalu banyak perhitungan”, padahal banyak orang selain/suku.... yang juga pelit.
- Pengetahuan non-ilmiah kebanayakan belum diuji. Misalnya adalah sebuah ungkapan: apabila kita dapat menyentuh patung yang terdapat dalam stupa Borobudur, maka kita akan mendapat berkah”. Apakah memang kenyataannya demikian?
- Pengetahuan non-ilmiah biasanya tidak disertai dengan penjelasan “mengapa” sesuatu itu seperti yang dikatakan. Misalnya ada peryataan: “jangan makan dipintu”, tidak disertai dengan penjelasan mengapa makan dipintu itu dilarang. Demikian juga pernyataan “jangan menduduki bantal” dan sebagainya.
Diatas
telah dikemukakan tentang ciri-ciri pengetahuan non-ilmiah, berikut
akan dikemukakan ciri-ciri pengetahuan ilmiah yang kemudian lebih
dikenal dengan istilah prinsip-prinsip pengetahuan ilmiah.
PRINSIP PRINSIP PENGETAHUAN ILMIAH
- Prinsip kausalitas: adalah keyakinan bahwa setiap kejadian mempunyai sebab. Sebab yang sama akan menimbulkan efek yang sama, dan bisa jadi sebab yang sama menimbulkan efek yang berbeda. Sebagai contoh, suatu keseblasan memenangkan pertandingan dikarenakan keseblasan tersebut tampil dengan permainan terbaiknya. Akan tetapi, penampilan terbaik tidak selalu menghasilkan kemenangan, apabila bila tim lawan memang memiliki kemampuan di atasnya.
- Prinsip prediktif: sekelompok kejadian akan menunjukkan derajat hubungan diantara mereka dikemudian hari. Tes keterampilan khusus bagi calon mahasiswa baru FOK diyakini merupakan prediktor bagi keberhasilan mengikuti perkuliahan. Artinya, calon mahasiswa yang memiliki nilai tinggi dalam tes keterampilan khusus, diramalkan akan memiliki nilai yang tinggi pula dalam perkuliahan.
- Prinsip objektivitas: prinsip ini mengharuskan si peneliti untuk bersikan tidak memihak mengenai data-data dihadapannya. Seringkali seorang peneliti dihadapkan pada persoalan yang tidak muda, misalnya data yang diperoleh ternyata tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dalam kondisi yang demikian, peneliti dituntut untuk ditutup untuk tetap memperlakukan data apa adanya.
- Prinsip empirisme: mendorong si peneliti untuk menganggap bahwa kesan inderanya dapat dipercaya dan ia dapat mengkaji kebenaran dengan menunjukan fakta-fakta. Sesuatu yang tidak bisa diamati dan atau sesuatu yang tidak memiliki fakta tidak dapat dikategorikan sebagai sesuatu yang empiric.
- Kesederhanaan (parsimony): karena banyak hal yang sam, peneliti memiliki keterangan yang paling sederhana. Prinsip ini mengekang adanya keruwetan yang tidak perlu. Orang sering tertipu dengan sebuah pemahaman, semakin kompleks dan sulit semakin ilmiah. Dengan prinsip parsimony ini, tentu menjadi berkebalikan.
2. Dasar-Dasar Pengetahuan Ilmiah
Pengetahuan
Pada dasarnya adalah sekumpulan informasi yang dimiliki oleh makhluk
hidup, baik manusia maupun binatang. Pertanyaannya, apa bedanya
pengetahuan yang dimiliki manusia dan pengetahuan yang dimiliki oleh
binatang? Pengetahuan yang dimiliki oleh binatang, sekedar untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Sebagai contoh,
seekor harimau mengetahui rusa mana yang memiliki peluang untuk ia
tangkap dan kemudian ia makan. Namun harimau tidak berfikir, misalnya,
sebagai rusa yang ditangkap dipelihara agar sewaktu-waktu dibutuhkan
tidak usah mengejar-ngejar lagi. Demikian juga binatang lain, misalnya
ketika akan terjadi bencana gunung meletus, mereka secepatnya menjauh
dari sumber bencana. Konon, kepekaan insting hewan jauh melebihi
manusia. Namun sekali lagi, semua itu semata-mata demi kelangsungan
hidupnya.
Berbeda dengan manusia, pengetahuan yang dimiliki tidak sekedar untuk
menjaga kelangsungan hidup, tetapi lebih dari itu untuk mengembangkan
hal-hal baru. Misalnya untuk memajukan kebudayaan, meningkatkan kualitas
hidup, dan meninggikan harkat dan martabat kemanusiaannya.
Pertanyaannya mengapa manusia mampu mengambangkan pengetahuan?
jawabannya adalah karena manusia memiliki penalaran.
Penalaran
Penalaran adalah kemampuan berpikir menurut suatu alur pikir tertentu.
Dengan penalaran yang dimiliki manusia mampu mengembangkan pengetahuan
dengan baik. Misalnya, mengapa kita melakukan aktifitas fisik? Untuk apa
aktivitas fisik dilakukan? Bagaimana melakukan aktivitas fisik yang
baik?
Manusia pada dasarnya merupakan makhluk yang berfikir, merasa, bersikap,
dan bertindak. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan
kegiatan berpikir, bukan perasaan. Pengetahuan yang dihasilkan dari
perasaan disebut intuisi. Dengan kata lain, intuisi merupakan kegatan
berfikir yang tidak didasarkan pada pola pikir tertentu.
Sebagai proses berfikir, penalaran memiliki dua ciri utama, yaitu: logis
dan analitis.
Logis
dimaksudkan bahwa kegiatan berfikir yang dilakukan menganut suatu pola
tertentu atau logika tertentu, dan mungkin tidak logis di tinjau dari
pola yang lain. Adapun analitis dimaksud bahwa proses berpikir
yang dilakukan berdasarkan langkah-langkah tertentu. Dengan dua ciri
tersebut, penalaran dapat merupakan alat untuk mengambil kesimpulan yang
terpercaya.
Penalaran
yang dilakukan oleh seseorang bisa berdasarkan pada rasio yang kemudian
disebut rasionalisme, pun bisa berdasarkan fakta yang kemudian disebut
empirisme. Dalam banyak literatur, pola pikir rasionalisme disebut juga
dengan penalaran deduktif. Sementara itu, pola pikir empirisme disebut
juga penalaran induktif. Di antara dua jenis penalaran tersebut, mana
yang lebih ilmiah? Penalaran ilmiah pada hakikatnya menggabungkan kedua
penalaran tersebut. Lebih jauh, pendekatan deduktif dan induktif akan
dibahas dalam bagian logika.
Logika adalah pengkajian berpikir secara sahih. Sebagai sarana mengambil kesimpulan, logika memiliki dua bentuk, yaitu: logika deduktif dan logika induktif.
Logika deduktif
adalah pola berpikir dalam mengambil kesimpulan dari hal-hal yang
bersifat umum menjadi kasus yang bersifat khusus atau individual.
Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan silogisme.
Silogisme disusun berdasarkan dua buah pernyataan yang kemudian disebut
premis mayor dan premis minor dan satu kesimpulan. Sebagai ilustrasi,
perhatikan silogisme berikut:
Semua makhluk hidup akan mati (premis mayor)
Manusia adalah mahluk hidup (premis minor)
Jadi, manusia akan mati (kesimpulan)
Contoh lain:
Manusia bernafas (premis mayor)
Mike Tyson bernafas (premis minor)
Jadi, Mike Tyson adalah manusia (kesimpulan)
Coba perhatikan contoh berikut:
Aktivitas fisik menyehatkan badan (premis mayor)
Berlari merupakan aktivitas fisik (premis minor)
Jadi, berlari menyehatkan badan (kesimpulan)
Contoh selanjutnya berikut:
Weight training, meningkatkan kekuatan otot (premis mayor)
Latihan dumbble, begian dari weight training (premis minor)
Jadi, latihan dumbble dapat meningkatakan kekuatan otot (kesimpulan)
Kesahihan
kesimpulan yang diambil sangat tergantung pada kebenaran kedua premis
yang mendahului. Jika premis yang diajukan salah, besar kemungkinan
pengambilan kesimpulan akan salah. Sebaliknya, jika premis yang diajukan
benar, maka dapat dipastikan kesimpulan yang diajukan juga
benar.Terkecuali bila penarikan kesimpulannya tidak sah. Dengan
demikian, kebenaran kesimpulan tergantung pada tiga hal, yakni:
kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor, dan keabsahan
pengambilan kesimpulan.
Jika logika deduktif bergerak dari umum ke khusus, sebaiknya, logika induktif
bergerak dari khusus ke umum. Artinya, logika induktif berkaitan dengan
penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual menjadi kesimpulan
yang bersifat umum. Sebagai contoh, perhatikan ilustrasi berikut:
Rudi, sebagai pemain sepakbola cedera (kasus)
Hasan, sebaggai pesilat cedera (kasus)
Doni, sebaggai petinju cedera (kasus)
Olahraga kontak fisik langsung mudah menimbulkan cedera (kesimpulan)
Kebenaran
Kebenaran
Ada dua istilah (terminology) yang perlu dipahami sebelum kita sampai
pada pembicaraan tentang kebenaran. Kedua istilah tersebut adalah “benar” dan “tepat”.
Istilah “benar” dalam ilmu pengetahuan terkait dengan isi (content)
dari sebuah pengetahuan, sedangkan istilah “tepat” berkenaan dengan
jalan yang ditempuh untuk mencapai pengetahuan tersebut.
Dalam literatur filsafat ilmu, dikenal tiga jenis teori kebenaran: kebenaran
korespondensi (correspondence theory of truth), kebenaran koheresi
(coherence theory of truth), dan kebenaran pragmatis (pragmatic theory
of truth).
- Kebenaran korespondensi: suatu pernyataan dikatakan jika sesuai dengan fakta. Menurut teori ini, kebenaran adalah kesetiaan pada realita objektif. Sebagai contoh: secara alamiah, air mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah, ibu kota Indonesia adalah Jakarta, peraih medali emas cabang bulutangkis nomor tunggal putera Olympiade Athena 2004 adalah taufik hidayat dari Indonesia. Tokoh aliran ini diantaranya adalah Herakleitos, Aristoteles, dan Thomas Aquinas
- Kebenaran koherensi: suatu pernyataan dikatakan benar jika tidak bertentangan dengan pernyataan lain yang telah diterima kebenarannya. Teori koherensi menempatkan kepercayaannya pada konsistensi suatu pernyataan. Sebagai contoh: jauhnya lomapatan (lompat jauh) dipengaruhi oleh kecepatan lari dari si pelompat. Jika ada pernyataan lain yang bertentangan dengan itu, maka kebenaran dapat diragukan. Tokoh aliran ini diantaranya Phytagoras, Parmenides, dan Hegel.
- Kebenaran pragmatis: sesuatu dikatakan benar jika sesuatu tersebut berdaya guna atau dengan kata lain memiliki nilai manfaat. Suatu ide dianggap benar jika ia berhasil atau jika ia memberi akibat-akibat yang memuaskan. Sebagai contoh: uang dianggap sebagai sumber kepuasan. Semakin banyak uang semakin tinggi kepuasan karena bisa melakukan apa saja. Toko aliran ini diantaranya adalah William James dan Jhon Dewey.
Kebenaran
ilmiah bersifat relative, bukan mutlak. Sesuatu yang dinilai benar pada
saat ini belum tentu dianggap benar pada saat yang lain. Sebagai
contoh: sekitar tahun 310 – 230 s.m., Aristarkhos menyatakan bahwa dalam
struktur planet, bumi sebagai pusat semesta dan semua benda angkasa
mengitarinya (prinsip geosentris). Setelah seribu tahun lebih, Al-Batani
(859 – 929), dan kemudian diperkuat oleh Nikolaus Kopernikus (1473 –
1543) pernyataan tersebut dianggap salah, matahari diyakini sebagai
pusat tata surya.
Metode ilmiah
Penelitian adalah
suatu upaya pemecahan masalah yang dilakukan dengan metode ilmiah.
Metode ilmiah adalah suatu prosedur yang sistematis dan objektif untuk
mendapatkan pengetahuan yang kemudian disebut ilmu. Metode ilmiah
berlandaskan pada pemikiran bahwa pengetahuan itu terwujud melalui apa
yang dialami oleh panca indera, khususnya melalui pengamatan dan
pendengaran. Karena itu, suatu pernyataan mengenani gejala dianggap
benar jika dapat diferifikasi secara empirik. Setiap hukum atau teori
ilmiah harus dibuat berdasarkan atas adanya bukti-bukti empirik.
gbr
Alur
Pikir Penelitian Ilmiah
Sebagai upaya memecahkan masalah, metode ilmiah banyak
kelebihan.mengenai tingkat kepercayaan pengetahuan.Garis kontinum
menunjukan rentang kepercayaan, semakin ke kanan semakin tinggi tingkat
kepercayaannya. Dari gambar tersebut nampak bahwa intuisi merupakan
salah satu cara pemecahan masalah dengan tingkat kepercayaan yang
rendah. Mengapa? Karena intuasi pada hakekatnya merupakan proses sesaat
yang lebih didasarkan pada perasaan, dan bukan pada kesadaran berpikir.
Sementara itu, metode ilmiah menurut teori tersebut dianggap cara
pemecahan masalah yang paling dapat dipercaya. Mengapa?Karena metode
ilmiah memikili langkah-langkah yang sistematis, dapat di-cek ulang, dan
bersifat logiko-empirikal.
Daftar Pustaka
Ali Maksum. Metode Penelitian Dalam Olahraga. Surabaya. FIK- Unesa
Sugoyono. 2009. Metode Penelitian Administrasi. Cetakan 9. Bandung. Alfa Beta.
Suharsimi Arikunto. 2003. Manajemen Penelitian. Jakarta. PT Asdy Mahasatya
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Edisi Revisi VI. Jakarta. PT Asdy Mahasatya
Find Out The Complete Story Of Blackjack | Dr.CMD
BalasHapusA blackjack dealer will ask for the same dealer, and then 화성 출장마사지 he will win $2,600 공주 출장마사지 if he doesn't pay out in a single 보령 출장안마 hand. How Many Scatters Do Blackjack 서울특별 출장안마 Have? 경상남도 출장마사지