PARADIGMA, PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN. METLIT BAGIAN 2


PARADIGMA, PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN



1 Paradigma Penelitian

     Istilah paradikma  pertama kali digunakan oleh Thomas S. Khun tahun 1970 dalam bukunya “The Sructure of scientifik  Revolusions”.Secara etomologi. Paradikma berasal dari bahasa yunani  paradeigma yang berarti pola. Paradigma adalah suatu cara pandang, cara memahami, cara menginterpretasi, suatu kerangka pikir, set dasar keyakinan yang memberikan arah pada tindakan. Dalam dunia ilmu pengetahuan, dikenal dua paradigma besar, yaitu: (1) paradigm positivistic, dan (2) paradigma interpretif
Paradigma postiivitik  adalah suatu paradigma yang menganganggap bahwa ilmu didasarkan pada hukum-hukum dan prosedur-prosedur yang baku; ilmu dianggap bersifat duduktif, berjalan dari hal yang umum dan abstrak menuju yang konkrit dan spesifik; ilmu dianggap bersifat nometetik, yaitu didasarkan pada hukum kausal yang universal dan melibatkan sejumlah  variabel. Paradigma positivistik pada gilirannya melahirkan pendekatan kuantitatif.
   Paradigma interpretif adalah suatu paradigma yang menganggap bahwa ilmu bukan didasrakan pada hukum dan prosedur baku, setiap gejala/peristiwa bisa jadi memiliki makna yang berbeda; ilmu dianggap bersifat induktif, berjalan  dari yang spesifik dan konkrit menuju yang umum dan abstrak. Ilmu idiografis, artinya ilmu mengungkap realitas melalui simbol-simbol dalam bentuk deskriptif.
   Dengan memahami paradigma ilmu, kita akan melihat bahwa setiap pendekatan  baik kuantitatif maupun kualitatif memiliki cara berfikir sendiri dan dengan caranya masing-masing tersebut memberikan  manfaat bagi pembangunan ilmu pengetahuan. Setiap pendekatan memiliki kelebiahan dan sekaligus pada saat yang sama jugamemiliki keterbatasan. Menerapkan begitu saja  tanpa melihat kesesuainya dengan masalah penelitian, tentu bukanlah tindakan yang cerdas.

2.Pendeaktan Penelitian

Seecara garis besar dua pendekatan dalam penelitian, yaitu pendekatan kuntitatif dan kualitatif. Sebagaimana dikemukakan di atas., kedua pendekatan ini lahir dari paradigma yang berbeda.

2.2.1 Pendekatan Kuntitatif
Harus di akui bahwa pendekatan kuantitatif memang memberikan warna terbesar dalam perkembangan ilmu Keolahragaan. Lihatlah bagaimana seorang peneliti mengkaji denyut nadi maksimal untuk kemudian menenntukan dosis latiahan, meneliti kandungan asam laktat, mengukur kecepatan dan kekutan otot; semua itu adalah contoh-contoh penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Bahkan peneliti pertama dalam bidang  olahraga yang dilakukan oleh Dr.Hitchcock dari Harvard medical school tahun 1861 juga dilakukan dengan pendekatan kuantitatif, yaitu mengukur kekuatan otot tangan dengan menggunakan chin ups.
Pendekatan kuantitatif dalam penelitian antara lain dicirikan oleh pengujian hipotesis dan digunakanya instrument-instrument tes yang standar. Secara garis besar penelitian dengan menggunakan  pendekatan kuantitatif ada dua macam, yaitu: (1) penelitian eksperimen, dan (2) penelitian non ekperiment.

a.       Penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang dilakukan secara ketat untuk mengetahui hubungan sebab akibat di antara-variabel-variabel. Salah satu ciri pokok dari penelitian eksperimen adalah adanya perlakuan (treatment)  yang diberikan kepada subjek penelitian. Perlakuan bisa berupa memberikan beban latihan tertentu, memberikan makanan suplement, mengajar dengan metode tertentu, dan sebagainya sesuai dengan tujuan  penelitian. Sebagai contoh, jika seorang peneliti  ingin meneliti tentang pengaruh latihan beban terhadap peningkatan kekuatan otot tungkai; maka dengan  caran tertentu peneliti menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberikan latiahan beban (misalnya: circuit training) sementara kelompok kontrol tidak. Dalam penelitian di atas, latihan beban berupa circuit trainingdisebut sebagai perlakuan.
b.      Penelitian non eksperimen adalah suatu peneitian dimanapeneliti sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk memberikan perlakuan atau melakukan manipulasi terhadap variabel yang mungkin berperan dalam munculnya suatu gejala, karena gejala yang diamati telah terjadi (ek-post-facto). Sebagai contoh, seorang peneliti ingin meneliti bagaimanakah dampak kebiasaan merokok terhadap keluhan kesehatan. Dalam kaitan ini, peneliti tidak memberikan perlakuan misalnya dengan memmberikan sejumlah rokok kepada sejumlah orang dalam kurun waktu tertentu, melainkan mencari orang-orang yang memang sudah memiliki kebiasaan merokok untuk kemudian diukur kondisi kesehatannya.

2.2. Pendekatan Kuantitatif
Sesungguhnya tidak semua kejadian dan fenomena dalam olahraga bersifat kuantitatif dan oleh karenanya harus diselesaikan dengan pendekatan kuantitatif.Banyak masalah yang justru lebih efektif bila diselesaikan dengan pendekatan kualitatif Apalagi, objek amatan ilmu keolahragaan pada hakikatnya adalah perilaku gerak manusia dimana dalam perwujudannya terjadi interelasi antara faktor-faktor yang kasat mata (observable)  dan tidak kasat mata (unobservable) seperti dimensi kejiwaan.
Pendekatan kuantitatif adalah sebuah pendekatan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan memahami suatu fenomena secara mendalam dengan  peneliti sebagai instrument utama. Jika dalam penelitian kuantitatif peneliti lebih tertarik pada hal-hal  yang bersifat umum seperti bagaimana rata-rata prestasi belajar mahasiswa FOK, maka  dalam penelitian kualitatif, peneliti lebih tertarik pada hal-hal  yang lebih spesifik seperti mengapa  si A berprestasi  rendah atau bagaimana si B dapat berprestasi tinggi. Fenomena  itulah yang kemudian dikaji lebih dalam oleh peneliti  hingga ditemukan jawaban dari persoalan tersebut.
Pendekatan kualitatif memusatkan perhatiannya pada prinsip-prinsip umum atau pola-pola yang mendasari perwujudan satuan-satuan masalah yang ada dalam kehidupan manusia. Dalam melakukan penelitian, peneliti tidak menggunakan suatu instrument seperti tes interprestasi  atau menggunakn angket agar diisioleh subjek, melainka sebagai peneliti ia melakukan pengamatan dan wawancara kepada subjek. Itulah mengapa dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrument utama.

2.3 Perbedaan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif
Sunggu pun pendekatan kuantitatif dekat dengan asumsi-asumsi positivistik, tidak berarti pendekatan kuantitatif identik degan positivistic. Demikian juga dengan penelitian kualitatif tidak selalu identik dengan cara berfikir interpretif/fenomenologis. Beberapa penelitian menerapkan metode kualitatif dalam mengambil data, tetapi menggunakan perinsip berfikir positivistik dalam mengambil kesimpulan. Misalnya ketika peneliti menggunakan cara kaku kerangka teori dan memasukkan semua data kedalam kerangka tersebut. Sementara itu ada juga penelitian kuantitatif yang didasarkan pada cara berfikir interpretif. Misalnya metode kuantitaif tidak digunakan untuk menguji hipotesis, mencari hukum  atau meramalkan, tetapi untuk memahami konteks kelompok-kelompok yang berbeda.
Lalu, apa perbedaan antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif? Secara umum, perbedaannya dapat diuraikan sebagai tampak  pada tabel  


Perbedaan Pendekatan Kualitatif Dan Kuantitatif
Pendekatan Kualitatif
Pendekatan Kuantitatif
1.      Mendasarkan diri pada kekuatan narasi.
2.      Studi dalam situasi alamiah
3.      Kontak langsung dilapangan
4.      Cara berpikir induktif
5.      Perspektif holistik
6.      Perpektif berkembang, dinamis
7.      Orientasi kasus unik
8.      Ada fleksibel desain
9.      Bersifat sirkuler
10.  Peneliti instrumen kunci
1.      Mendasarkan diri pada angka.
2.      Mengambil jarak dari situasi alamiah
3.      Menjaga jarak dari yang diteliti
4.      Prespektif reduktif
5.      Menetapkan keajengan, statis, mekanistik
6.      Orientasi universalitas, generalisasi jumlah
7.      Desain tegas di tentukan dari awal
8.      Bersifat linier
9.      Peneliti menjadi salah satu aspek dari banyak aspek yang lain.


Melihat perbedaan tersebut, adakah kemungkinan menggabungkan kedua pendekatan tersebut dalam penelitian? Terkait dengan hal ini, Creswell (2003) mengusulkan tiga metode, yaitu:
a.       Model dua tahap. Pada model ini, peneliti melaksanakan kedua metode secara terpisah, tetapi dalam satu rangkaian penelitian. Kelebihan model ini adalah bahwa kedua pendekatan dapat dipisahkan secara jelas.
b.      Model dominan-kurang dominan. Pada model ini, peneliti menggunakan dua model, tetapi metode yang satu lebih dominan dibanding metode yang lain. Misalnya, seorang peneliti melakukan penelitiannya dengan metode kuantitatif, mulai deri awal sampai dengan akhir. Selanjutnya ia menggunakan wawancara untuk melengkapi datanya. Dalam contoh tersebut, metode kuantitatif dominan, sementara metode kualitatif kurang dominan.
c.       Model campuran. Dalam model ini, peneliti menggunakan kedua metode secara terintegrasi. Menurut Creswell, desain inilah yang paling krusial. Dalam arti, jika tidak dilakukan secara cermat, justru lebih banyak menimbulkan kebingungan bagi mereka yang membaca penelitiannya.

2.1  Jenis-jenis Penelitian dalam Olahraga
Ada banyak masalah dalam pendidikan jasmani dan olahraga, dan mungkin sekali setiap jenis masalah memerlukan cara pemecahan yang berbeda. Secara umum, penelitian dalam olahraga dapat dikelompokkan dalam 3 kategori besar, yaitu: kuantitatif, kualitatif, dan kombinasi antara kuantitatif dan kaulitatif (lihat tabel 2.2).

Tabel 2.2: Kategori Dan Jenis Penelitian Dalam Olahraga
Kategori
Jenis Penelitian
Kuantitatif
Eksperimen



Non Eksperimen (Ex Post Facto)



Kualitatif


Kuantitatif dan Kualitatif



Eksperimen Murni
Eksperimen Semu
Kaji Tindak

Deskriptif
Survei
Korelasional
Studi Komparatif
Interpretif
Etnografi
Model Dua Tahap
Model Dominan-Kurang Dominan
Model Campuran

Berdasarkan tabel di atas dapat diuraikan jenis-jenis penelitian yang lajim digunakan dalam konteks Pendidikan Jasmani dan Olahraga.

2.1.1      Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan secara ketet untuk mengetahui hubungan sebab akibat diantara variabel-variabel.Salah satu ciri utama dari penelitian eksperimen adalah adanya perlakuan (treatment) yang dikenakan kepada subjek atau objek penelitian.Dalam penelitian eksperimen, seorang peneliti sejauh mungkin harus dapat memastikan bahwa variasi atau perubahan yang terjadi pada variabel terikat benar-benar disebabkan oleh adanya manipulasi pada variabel bebas.Hal inilah yang kemudian disebut validitas internal.Dalam kaitan ini, mekanisme kontrol menjadi sesuatu yang sangat penting.
Untuk mendapatkan validitas internal memang tidak mudah.Ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
1.      Kesamaan melakukan (equalization of treatment). Artinya, subjek harus mendapat perlakuan yang sama dan sejauh mungkin dihindari subjek melakukan sesuatu yang mengganggu kesamaan perlakuan.
2.      Learning. Besar kemungkinan, karena lokasi kelompok yang berdekatan, kelompok kontrol belajar dari kelompok yang menndapatkan perlakuan. Jika ini terjadi, jelas akan mempengaruhi hasil eksperimen.
3.      History. Eksperimen biasanya dilakukan dalam jangka waktu tertentu, dan terkadang cukup panjang. Selama eksperimen dilakukan ada kemungkinan terjadi hal atau peristiwa yang mempengaruhi proses dan hasil eksperimen.
4.      Maturation. Seiring perjalanan waktu, pada diri subjek terjadi proses perkembangan dan kematangan yang mempengaruhi proses dan hasil eksperimen.
5.      Pretesting. Berdasarkan pre-tes yang dilakukan, subjek memiliki kesiapan yang lebih tinggi dalam melakukan post-test.

Selain validitas internal sebagaimana dikemukakan di atas, perlu juga diperhatikan validitas eksternal, yaitu sejauhmana kesimpulan penelitian dapat digeneralisasikan pada kelompok atau situasi yang lain. Pemilahan sampel secara random merupakan cara tepat untuk menghasilkan validitas eksternal. Demikian juga prinsip representativeness, yaitu keterwakilan subjek dalam kelompok.
Penelitian eksperimen dicirikan dengan 4 hal, yaitu adanya perlakuan, kelompok kontrol, randomisasi, dan ukuran berhasilnya. Apabila suatu peneliti eksperimen memenuhi ke-empat hal di atas, maka dapat dikatakan eksperimen murni (true experiment). Sebaliknya, jika suatu penelitian eksperimen tidak dapat memenuhi keempat hal tersebut – terutama dalam hal rendomisasi dan kelompok kontrol – maka disebut eeksperimen semu (quasi-eksperimen)  atau bisa juga berbentuk praeksperimen (preeksperiment).
   Dengan demikian  ada tiga bentuk eksperimen, yakni praekperimen, eksperimen semu, dan eksperimen murni. Perbedaan ketiga bentuk eksperimen tersebut terkait dengan sejauh mana  varibel  yang diduga mempengaruhi hasil eksperimen dapat dikontrol.

2.1.2      Penelitian Kaji Tindak (action Research)
Penelitian kaji tindak, yang pada tataran tertentu juga sering disebut  penelitian tindakan kelas (PTK), adalah proses penelitian bersiklus  yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran di  kelas secara berkelanjutan.
Ciri umum PTK adalah memperbaiki praktek PBM dari dalam seara berkelanjutan.  Artinya guru sendiri yang melakukan penelitian melalui PBM-nya (involvement  & improfement). Dimulai dari masalah yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran di kelas. Dari masalah tersebut selanjutnya direncanakan alternative tindakan untuk memperbaiki keadaan. Rencana tersebut  kemudian diuicobakan dan dievaluasi evektifitasnya dalam mengatasi masalah yang dihadapi.  Dari hasil yang didapati kemudian ditindaklanjuti untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal dan memuaskan (lihat gambar 2.2)



                                Gambar 2.2 Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Jika dirasa  apa yang dilakukan sudah menyelesaikan masalah, maka siklus bisa dihentikan. Namun biasanya peneliti tindakan kelas tidak berhenti pada satu siklus.Ini mengingat, manfaat perubahan tidak dapat terjadi secara tiba-tiba, perlu ada tindak lanjut (continous improfement).
2.1.3      Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan gejala, fenomena atau  peristiwa tertentu. Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan informasi terkait dengan fenomena, kondisi atau veriabel tertentu dan tidak dimaksudkan untuk melakukan pengujian hipotesis.Bentuk sederhana dalam penelitian deskriptif adalah penelitian dengan satu variabel. Demikian juga dengan bentuk analisisnya biasanya menggunakan statistikdeskriptif seperti mean,  median, persentase, rasio,  dan sebagainya.
Sebagai contoh, kita ingin mengetahui tingkat prestasi masyarakat dalam melakukan kegiatan olahraga. Kemudian kita melakukan pengumpulan data – dengan instrument tertentu – kepada sejumlah responden  dalam suatu wilayah tertentu. Dari proses tersebut kita akan mendapatkan data mengenai berapa persen masyarakat yang melakukan  kegiatan olehraga; bagaiman komposisinya antara laki-laki dan perempuan; antara anak, remaja, dan dewasa.
Secara umum, langkah-langkah penelitian deskriptif adalah sebagai berikut.
a.       Menentukan masalah
b.      Mengidentifikasi informasi yang diperukan untuk memecahkan masalah
c.       Memilih atau menyusun instrument pengumpulan data
d.      Menentukan sampel
e.       Mengumpulkan data
f.        Menganalisis data
g.      Menyusun laporan penelitian

2.1.4      Penelitian Survei
Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan  menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok. Kuesioner berisi sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh reponden. Peneliti survei mendasarkan diri pada logika  deduktif, yaitu dimulai dengan menggunakan sebuah  teori sebagai dasar dan diakhiri dengan analisis data hasil pengukuran. Tehnik pengumpulan datanya  bisa dilakukan dengan  bermacam-macam cara. Misalnya dengn mengirimkan atau  memberikan  kuesioner kepada responden, menanyakan langsung (interview) dengan responden, atau bisa juga dengan menggunakan telepon.
Ada empat ciri utama penelitian surveyi, yakni (1) menggunakan kuesioner sebagai interumen utama, (2) subjek penelitian dalm jumlah besar, (3) tidak memberikan perlakuan dan (4) menggunakan logika deduktif sebagai kerangka berfikir. Secara umum, langkah-langkah penelitian survey adalah  sebagai berikut.
a.       Menentukan tujuan
b.      Menetukan sampel/responden
c.       Menyusun  kuesioner sebagai alat pengumpul data
d.      Ujicoba kuesioner  untuk menentukan validitas dan reabilitasnya
e.       Memberikan kuesiner kepada responden
f.        Menganalisis data hasil  survey
g.      Melaporkan hasil

2.1.5      Penelitian Korelasional
Penelitian korelasional  adalah penhelitian yang menghubungkan satu atau lebih variabel bebas dengan satu variabel terikat  tanpa ada upaya untuk mempengaruhi  variabel tersebut. Bentuk sederhana dari penelitian korelasi adalah hubungan antara dua variabel.Misalnya hubungan antara intelejensi dengan prestasi belajar, hubungan antara kecepatan dengan kemampuan lompat jauh, hubungan antara motivasi dengan prestasi atlit, dan sebagainya.Bentuk lebih komplek dari penelitian korelasional adalah korelasi ganda, regresi ganda, analisis jalur, dan analisis faktor.
            Penelitian korelasional mendasarkan diri pada logika deduktif, yaitu dimulai dengan menggunakan sebuah teori sebagai dasar dan diakhiri dengan analisis data hasil pengukuran. Teknik pengumpulan datanya bisa dilakukan dengan berbagai cara misalnya dengan tes.
            Adapun langkah-langkah dalam penelitian korelasional sebagai berikut.
a.       Menentukan masalah
b.      Menentukan sampel
c.       Menyusun atau  memilih unstrumen pengumpulan data
d.      Mengumpulkan data
e.       Analisis dan interpretasi data
f.        Menyusun laporan


2.1.6      Penelitian Perbandingan
Penelitian perbandingan adalah penelitian yang membandingkan saru kelompok sampel dengan kelompok sampel lainya berdasarkan veriabel atau ukuran-ukuran tertentu. Misalnya, kita ingin membandigkan  antara pemain sepak bola Indonesian dengan pemain italia berdasarkan ukuran tinggi badan vo2max. Kita ingin membandingkan kualitas kesehatan antara orang yang biasa berolahraga secara teratur dan orang yang tidak biasa  berolahraga.

2.1.7      Penelitian Evaluatif
Penelitian evaluatif adalah suatu penelitian yang menggunakan  prosedur evaluasi untuk memngumpulkan dan menganalisis data. Prosedur evaluasi memiliki dua kegiatan yang pokok, yakni pengukuran dan hasil pengukuran dengan standar tertentu.Berdasrkan hasil perbandingan tersebut dapat disimpulkan apakah suatu program layak atau tidak, efektif atau tidak.
Penelitian evaluasi bertujuan untuk merancang, menyempurnakan, dan menguji pelaksanaan program pendidikan jasmani dan olahraga.Misalnya terkait dengan pelaksanaan kebijakan, kurikulum, program latihan, pembelajaran, penerapan aturan tertentu, dan sebagainya. Evaluasi bisa dilakukan sesuai  dengan tingkat pelaksanaanya, seperti lingkup kelas, sekolah, kecamatan,kabupaten, sampai tingkat nasional; dan menyangkut suatu  aspek, beberapa aspek atau keseluruhan aspeek dari  program tersebut. Salah satu model  penelitian evaluasi yang lazim digunakan adalah model CIPP ( contex, input, processs, dan product).
Seperti yang kita ketahui program adlah suatu yang dimnamis, berubah, dan berkembang sesuai dengan tuntutan dari masyarakat.Untuk mengetahui perubahan dan perkembangan yang terjadi, dibutuhkan penelitian evaluasi.Kelayakan suatu program perlu diuji, apakah masih bisa dilanjutkan, diubah, atau diganti. Melanjutkan program yang tidak layak hanya akan membuang biaya, waktu, dan tenaga.
Adapun langkah-langkah dalam penelitian evaluasi dapat dipaparkan sebagai berikut.
a.       Penegasan mengapa penelitian evaluasi dilakukan
b.           Memilih model evaluasi yang sesuai
c.            Mengidentifikasi pihak-pihak yang terkait dengan  penelitian
d.           Penentuan aspek yang akan dievaluasi
e.            Menyusun instrument evaluasi
f.             Pengumpulan dan analisis data
g.           Pelaporan hasil evaluasi
2.1.8      Penelitian pengembangan
Penelitian pengembangan adalah suatu penelitaian yang bertujuan untuk mengembangkan suatau produk baru atau menyempurnakan produk yang suda ada. Istilah produk bisa berarti perangkat keras (hardware) seperti alat pelontar bola, modul, instrument, alat bantu pembelajaran, model bimbingan, dan sebagainya.
Penelitian pengembangan umumnya bersifat siklus, yang diawali dengan adanya kebutuhan, kebutuhan tersebut dapat diselesaikan dengan pengembangan produk, dan untuk menghasilka produk yang terpercaya perlu dilakukan pengujian beberapa kali.
Adapun langkah-langkah penelitian pengembangan dapat dikemukakan sebagai berikut:
a.       Analisis kebutuhan
b.      Menysun rencana penelitian
c.       Membangun produk awal
d.      Ujicoba lapangan awal (preliminary field testing)
e.       Merevisi hasil ujicoba
f.        Ujicoba lapangan (main field testing)
g.      Penyempurna hasil ujicoba
h.      Uji pelaksana lapangan (operational field testing)
i.        Penyempurnaan produk akhir
j.        Melaporkan hasil
2.1.9      Penelitian kualitatif
Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang dilakukan untuk memahami suatu fenomena secara mendalam dengan peneliti sebagai instrument utama.
Prosedur penentuan subjek penelitian kualitatif relative berbeda dengan penelitian kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif, mungkin saja subjek  peneitian hanya satu (n = 1) yang dipilih secara purposif. Tetapi subjek yang satu tersebut dipahami secara mendalam hingga ditemukan pola-pola atau hukum-hukum yang relative konsisten.Pensgaard dan Duda (2002) dari universitas Birmingham melakukan penelitian terhadap satu orang atlet wanita peraih medali emas olimpiade di Sydney. Dari atlet tersebut, Pensgard dan Duda mendeskripsikan perilaku si atlet milai dari ia menjalani latihan, kesiapan pertandingan, saat pertandingan, dan pasca pertandingan. Dari sini peneliti sampai pada kesimpulan yang kemudian ditulisnya sebagai sebuah judul jurnal: “if we work hard, we can do it”A. Tale Form An Olympic Gold Medalist.
Pengambilan subjek ekstrim atau menyimpang: prosedur ini memfokuskan pada kasus-kasus yang kaya dengan informasi justru karena mereka berbeda atau menampilkan karakteristik khusus dalam aspek-aspek tertentu. Dalam penelitian kuantitatif, adakalanya kasus yang bersifat ekstrim terpaksa harus dikeluarkan dari proses pengolahan data karena dikhawatirkan akan “mengganggu” normalitas data. Akan tetapi, bagi peneliti kualitatif kasus seperti itu justri menjadi suatu yang menarik untuk  di teliti. Selain itu, dalam penelitian kualitatif juga dikenal pengambilan sampel bola salju (snow ball sampling), yakni pengambilan sampel dilakukan secara berantai dengan meminta informasi pada orang yang telah diwawancarai atau dihubungi sebelumnya.
Metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ada dua kelompok, yaitu pengamatan dan wawancara.Pengamatan adalah memperhatikan objek secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan antara hubungan antara aspek dalam fenomena tersebut. Pengamatan hanya akan menghasilkan data yang kredibel apabila yang dilakukan oleh pengamat yang terlatih, tidak dipengaruhi oleh interes, biasa, dan latar belakang tertentu.
Pengamatan terdiri dari pengamatan biasa, pengamatan terkendali, dan pengamatan terlibat.
a.       Pengamatan biasa mengharuskan peneliti sebagai pengamat murni, dalam arti peneliti tidak bole terlibat dalam hubungan emosional dengang sasaran yang diamati.
b.      Pengamatan terkendali pada dasarnya sama dengan pengamatan biasa, yakni peneliti tidak terlibat dalam emosional: hanya saja dalam pengamatan terkendali peneliti melakukan interfensi terhadap pelaku dan seting pengamatan.
c.       Pengamatan terlibat memerlukan kehadiran peneliti secara penuh dan karena itupula hubungan sosial dan emosional perlu dijalin antara peneliti dan pelaku yang diteliti.
Wawancara adalah percakapan atau Tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.Metode ini dipilih apabila peneliti ingin memperoleh informasi kepada individu berkenaan dengan topikyang diteliti, dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu terssebut, wawancara terdiri dari wawancara bebas, wawancara dengan pedoman umum, dan wawancara dengan pedoman terstandar.
a.       Wawancara bebas (tidak teerstruktur), proses wawancara didasarkan sepenuhnya pada berkembangnya pertanyaan secara spontan dalam interaksi alamiah.
b.      Wawancara  dengan pedoman umum (semi terstruktur), peneliti dilengkapi dengan pedoman wawancara secara garis besar terkait dengan subtansi yang akan ditanyakan, tanpa menentukan pertanyaaneksplisit. Wawancara jenis ini dapat berbentuk wawancara mendalam dan wawancara terfokus.
c.       Wawancara dengan pedoman terstandar (terstruktur), pedoman wawancara ditulis secara terinrinci  lengkap dengan rangkaian pertanyaan.
Jenis penelitian ini secara singkat juga telah diuraikan didepan. Yang ingin ddikemukakan pada bagian ini adalah bagaimana proses analisis data dilakukan.
a.       Data hasil wawancara atau observasi ditraskip dalam bentuk yang mudah duibaca.
b.      Transkip yang talah ditentukan ukurasinya dibaca dengan cermat dan berulang-ulang untuk memahami konssep atau tema yang menjadi focus penelitian.
c.       Mengidentifikasi mana dari serankainan peristiwa hasil wawancara atau observasi yang merupakan perwujudan dari konsep atau tema tersebut.
d.      Menemukan kata kunci dari peristiwa-peristiwa yang teridentifikasi
e.       Melakukan interpretasi kata kunci berdasarkan rujukan yang relevan
f.        Setelah melakukan serangkaian proses di atas untuk tiap-tiap traanskrip, kemudian disusun tema-tema dan kategori-kategori sehingga menampilkan pola-pola antar kategori tersebut.
Untuk memberikan ilustrasi bagaiman proses analisis dan interpretasi data dilakukan akan diberika contohyang diambil dari trnskrip hasil wawancara dengan salah seorang atlet bulutangkis. Penelitian bertujuan untuk mengungkap kualitas pribadi atlet yang berprestasi tinggi.
            Melaluai proses analisis data – kata kunci – interpretasi sebagaimana terlihat pada skema di atas, pada akhirnya dapat di identifikasi ciri kepribadian atlet, yang dalam contoh di atas adalah “gigih”. Gigih adalah kesanggupan untuk melakukan usaha secara konsisten dan terus menerus.Atlet dengan ciri kepribadian ini cepat putus asa dalammelakukan usaha dan memiliki daya tahan atas ketidaknyamanan.

Referensi

Ali Maksum. Metode Penelitian Dalam Olahraga. Surabaya. FIK- Unesa
Sugoyono. 2009. Metode Penelitian Administrasi. Cetakan 9. Bandung. Alfa Beta.
Suharsimi Arikunto. 2003. Manajemen Penelitian.  Jakarta. PT Asdy Mahasatya
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Edisi Revisi VI.  Jakarta. PT Asdy Mahasatya